Menyesal,
Cinta Kugenggam
Bagai
Menggenggam Pasir
Cerita ini aku awali
saat aku duduk di bangku SMA. Aku sangat penasaran akan yang namanya pacaran.
Ku cari tahu lewat teman, keluarga hingga media online. Ku merasa katrok jika
belum berpacaran. Sampai suatu ketika aku meliha sosok gadis berambut panjang
yang ternyata siswi baru di sekolahku. Pertemuanku dengannya adalah yang
sengaja ku lakukan karena aku dengar dari teman-temanku ada siswi baru yang
cantik.Aku segera menuju ruang guru dan tak sengaja kulihat dia lagi duduk di
taman depan ruang guru.
“Murid
baru ya?” tanyaku gugup.
“Iya,
salam kenal ya namaku Arin! Kalau kamu?” Tanya Arin balik.
“Namaku
Satria, kamu disini nanti di kelas berapa?”
“Aku
di kelas XII IPA 2! Kamu kelas brapa?”
“Sama
donk, entar barengan sama aku yuk ke kelas?” ajakku tanpa sengaja kupegang
tanggannya.
“Iya
aku besok mulai belajarnya Sat!” sahutnya sambil tersenyum melihat aku yang
salah tingkah.
“Maaf
ya aku ga tau, adi malu nih aku!” sambil mengalihkan pandangan ke langit.
“Ada
pesawat lewat, kalau gitu aku balik ke kelas dulu ya!” sambil melambaikan
tangan.
“Bruuk!!”
“Hati-hati
Sat!” dengan tersenyum yang melihatku jatuh.
“Ya
Rin, semangat ini buat belajar!” sambil melambai tangan lagi.
Saat
itu aku merasa malu sekali dengan tingkahku sendiri. Aku merasa senang dan
bahagia ada Arin yang akan sekelas denganku. Sampai di kelas aku hanya terduduk
dan tak menghiraukan teman-temanku yang semuanya pada rebut entah membicarakan
apa. Aku pun tak memusingkannya karena aku sedang senang. Dan tanpa sengaja aku
terjatuh dari bangku dan tahu sendiri aku pun ditertawakan oleh teman
sekelasku.
“Sat
elo ngelamun ya?” teriak teman-temanku.
“Ya
nih ngelamunin pelajaran!” belaku.
“Pelajaran
apa? Pelajaran mencari pacar?” teriak teman-temanku.
“Mungkin
haha….” Jawabku..
“Ma
murid baru itu?” sahut Rian mengejekku..
“Ya,
haha baru pertama kali aku lihat cewek cantik mas bro!” sahutku.
“Cie,
akhirnya elo jatuh cinta juga Sat…! Btw siapa nama cewek itu?” tanyanya.
“Arin..
rambutnya yang panjang buat aku terpesona!” ungkapku.
“Ya
dah met berjuang bro. gue dukung elo dari samping!” balasnya tertawa.
Keesokan
harinya pun aku berangkat sekolah dengan senyum lebar. Ibuku pun sampai kaget
lihat aku tersenyum berangkat sekolah.
“Sat,
ada apa dengan kamu nak?” Tanya ibuku sambil menyiapkan sarapan di dapur.
“Ini
bu, sekarang ada murid baru!” Jawabku asal.
“Pasti
perempuan ya?” Tanya ibuku tersenyum.
“Iyalah
bu masak cowok!” jawabku dengan tertawa.
Aku
pun sarapan dengan lahapnya. Usai
sarapan aku langsung berangkat sekolah. Sampai di sekolah aku pun menuju
kelasku. Dengan hati yang berbunga aku segera duduk. Bel masuk pun berbunyi,
Aku berharap Arin segera masuk ke kelas. Pelajaran pertama adalah Bahasa
Indonesia, kunanti penuh harap namun Arin tak kunjung datang juga. Lama
kelamaan semangatku jadi luntur. Jam istirahatpun berbunyi, tapi Arin juga tak
kunjung menampakkan batang hidungnya.
“Sat,
mana Arin kok gak dating juga?” Tanya Rian sambil menepuk pundakku.
“Iya,
aku juga gak tahu!” Sahutku sambil menundukkan kepala.
“Sabar,
entar juga dating!” balas Rian berusaha mengembalikan semangatku.
“Ok
bro, makasih ya!”
Pelajaran
kedua pun dimulai, pelajaran biologi yang biasanya aku semangat, tapi hari ini
sungguh berbeda. Kulihat ke jendela, Bu Lisa datang bersama seorang siswi
betapa senangnya aku saat melihat bahwa itu Arin. Aku segera merapikan rambutku
dan membuat Rian hanya tersenyum melihat tingkahku itu. Bu Lisa pun masuk ke
kelas.
“Anak-anak
hari ini kalian punya teman baru, silahkan perkenalkan dirinya!” mempersilahkan
Arin memperkenalkan diri.
“Perkenalkan
nama saya Arin Shila Natasya, saya pindahan dari SMA Harapan Nusantara!
Sekian!” ucap Arin sambil tersenyum manis.
“Kalau
boleh tahu statusnya apa?” Tanya Rian dengan PDnya.
“Masih
jomblo!” sahut Arin.
“Nah,
cocok tu sama Satria yang lagi jomlbo!” sahut Dian dari belakang yang membuat
kelas jadi riuh.
“Sudah-sudah,
Arin silahkan duduk bersama Siska!” ucap Bu Lisa sambil menunjuk Siska yang
duduk dibelakangku.
Aku
sangat senang karena Arin duduk dibelakangku. Semenjak itu aku mulai akrab
dengan Arin. Arin ternyata perempuan yang sangat baik dan pintar memasak. Aku
dan dia mulai jalan bersama, belajar bareng dan masak bareng. Temen sekelaspun
mengatakan kami serasi. Hingga suatu ketika aku memutuskan untuk menyatakan
cinta kepadanya.
Aku
sengaja datang lebih pagi ke sekolah. Aku meminta bantuan Rian, Dian dan Siska
untuk menyiapkan kejutan untuk Arin. Jam 7 pagi Arin tiba di sekolah. Kulihat
dari jendela. Persiapan sudah selesai aku mengajak kawan-kawanku untuk segera
keluar dari kelas.
“Kok
sepi ya jam 7 pagi biasanya Siska dan Dian dating duluan deh?” ucap Arin.
Sambil menaruh tas.
“Ini
apa ya? Em, surat? Untuk Arin. Aku baca!” sambil membuka amplop.
“Arin…. Dari Satria
Seandainya aku boleh
jujur kamu itu udah buat kesalahn besar. Kamu harus
Bertanggung jawab atas
perbuatanmu ini!”
“Memangnya
aku ada salah apa dengan Satria.”
“Kamu sudah mencuri
yang paling berarti untukku!
Sungguh kamu tega!”
“Aduh,
apa aku ada salah ma Satria? Tapi apa? Apa salahku?” ucapnya lirih.
“Salahmu
adalah karena telah mencuri hatiku Rin!” sahutku tiba-tiba dari belakangnya.
“Sat
apa maksudnya ini?” Tanya Arin nampak bingung.
“A…ku
suka denganmu Rin, mau gak kamu jadi pacarku?” tanyaku gugup.
“Beneran
Sat? Kamu ga bercanda kan?” Tanya Arin balik.
“Ga,
Rin aku serius. Jika kamu mau jadi pacarku, kamu ambil buku komik yang
tersembunyi di ruangan ini, jika tidak kamu ga usah cari buku tersebut! Aku
tunggu 3 menit lagi jawabanmu” ucapku sambil menyetel waktu dan kemudian
memejamkan mata.
“em….?”
Gumam Arin.
Lama
ku menunggu, rasanya 3 menit itu bagai setahun . Dalam hati aku berpikir, aku
ingin dapein Arin dengan cara yang serius. Jika dia juga suka sama aku apa
salahnya dia berkorban untukku.
Arin
mencari-cari komik, namun yang ia temukan hanya Koran, buku pelajaran, kertas
dan sebagainya. Detik demi detik terus berjalan. Waktu sudah menunjukkan
hitungan ke 98 detik. Suara teman-temanku semakin ramai. Mereka seperti
menyemangati Arin.
“Arin…
Arin….” Teriak teman-temanku.
Dian
mengatakan detik ke 145. Ku merasa Arin begitu kelabakan mencari komik
tersebut. Diah bahkan sempat berucap kalau begini caranya aku bisa pingsan.
Dian mengatakan detik ke 168. Dan disaat itu langkah kali Arin menuju ke
temaptku berdiri dan berkata “Aku tahu komik itu ada di pinggang belakangmu
kan?” sambil mengambil komik itu dia pun memelukku.
Semua
teman-temanku begitu riuh. Aku dan Arin pun jadian di tanggal 8 bulan 9 tahun
2010 atau bisa disningkat 8/9/10. Aku pun memeluk balik Arin. Aku sangat
senang. Arin mau jadi pacarku. Aku pun mengajak Arin membersihkan ruangan
kelas. Tampak teman-temanku juga ikut membantu. Hari demi hari aku jalani
dengan bahagia. Arin juga merasakan hal yang sama.
Suatu
ketika Rian ingin bertanya pada Arin mengenai soal fisika dimana tangan Arin
memegang tangan Rian untuk menunjuk kan detail angka dan rumus. Disitu nampak
aku begitu cemburu dan tanpa sengaja aku membentak Arin. Arin merasa sedih dan
dia berlari ke luar.
Nampak
Rian juga kecewa padaku. Aku hanya terdiam dan tak bisa berkata apa-apa.
Kemudian aku berlari mencari Arin. Kulihat dia menangis bersama Siska. Aku
memanggilnya.
“Arin,
maafin atas sikapku tadi ya!” ucapku sambil bersujud di depannya.
“Em,
kamu jangan begitu lagi ya Sat. Aku tak suka terlalu dicemburui.” Sahut Arin
kemudian memelukku.
Hari
itu aku bertekad untuk berubah. Namun apa daya 7 bulan kemudian setelah selesai
mengikuti Ujian nasional kami mendapat libur. Aku pun ingin mengajak Arin
jalan-jalan. Saat di depan rumahnya aku melihat Rian sedang dipeluk oleh
seorang laki-laki mudaa. Selama ini aku tak pernah melihat lai-laki itu. Arin
tidak punya kakak laki-laki. Aku pun naik darah dan segera pulang ke rumah. Aku
curhatkan semua isi hatiku di akun fbku. Aku merasa sedih dan menagis di kamar.
Hingga Arin berkomentar dan menanyakan ada apa sebenarnya kenapa aku tak mau
membalas smsnya dan mengangkat teleponnya. Aku pun membentaknya di fb.
“Baik
Sat, jika kamu gak mau mendengar penjelasanku aku akan pergi meninggalkanmu!”
komentarnya di statusku.
“Silahkan
saja!” balasku.
Beberapa
hari kemudian aku menemui Rian dan mengajaknya menjenguk Siska di rumah
sakit.Rian pun bertanya kenapa aku tak mengajak Arin. Aku dengan entengnya menjawab
bahwa Arin telah berselingkuh dibelakangku. Mungkin dia lagi bermesraan. Saat
di depan rumah sakit kuliaht Arin dibonceng pria itu lagi.
“Itu
dia lagi sama selingkuhannya!” ucapku.
“
Ha? Itu mah sepupunya yang baru pulang dari Swiss. Jangan bilang sekarang
kalian putus?” Tanya Rian.
“Ja…..di
itu sepupunya?” tanyaku balik.
“Iya,
dia Ardi. Kuliah di Swiss dan baru saja
pulang.” Jawab Rian.
Segera
saja ku cabut dari sana dan meminta Rian menyampaikan pesanku pada Siska. Aku mencari
Arin di rumahnya dan ibunya bilang dia dan Ardi sudah pergi ke Swiss. Arin
melanjutkan kuliahnya di Swiss. Aku langsung sedih. Aku ajak Rian pergi ke
pantai Rian.Disana aku curhatkan semua penyesalanku padanya.
“Sudahlah
Sat, sekarang aku nasehatin kamu. Kalau kamu punya seorang kekasih dan cinta
kamu jangan bagai menggenggam pasir!” ucap Rian.
“Maksudnya?”
tanyaku sedih.
“Coba
kamu pegang pasir ini, kamu genggam makin erat apa yang akan terjadi?” Tanya
Rian balik.
“Lama-lama
pasirnya jatuh dan habis!” sahutku.
“Begitu
juga dengan cinta, semakin erat kamu genggam cinta itu maka dia akan mudah
meninggalkanmu. Jika kamu masih mencintai Arin, kejar dia ke Swiss!” ucap Rian.
“Tapi?
Aku merasa ga seperti itu dengannya?
“Kamu
gak merasa bro, seharusnya kamu sering membicarakan hubungan kalian layaknya
sahabat sehingga mau saling mendengarkan dan mengerti. Semenjak kalian pacaran,
kamu jarang lagi sama Arin kayak dulu maunya jalan berdua terus, gam au ngakak
temen. Itu terkesan kamu seperti merantai Arin!”
“begitukah,
kini aku mengerti bro apa cinta itu. Untuk mengejar dia aku mau kamu juga
kesana ya melanjutkan kuliah!” ucapku memohon.
“Ya
deh bro…!” sahutnya.
Dengan
tekad bulat aku pun melanjutkan kuliah ke Eropa.
Mau
tahu kisah perjuanganku mendapatkan Arin… baca kisahnya Bulan Depan ya…
Dalam
episode “Ku Kejar Cintaku Sampai Eropa”
Komentarin ya biar semakin menambah wawasanku dalam menulis.....
Aku suka tetayii ni cerpen,,bisa buat aq senyum-senyum tendili........aqyu beuuuddhhhh
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusthanks ya.. mohon ikuti lanjutan kisahnya... mbak pipit
BalasHapus